IKLAN TENGAH ARTIKEL
IKLAN BAWAH JUDUL
Bagaimana cara melunasi utang riba ratusan juta rupiah? Ini jumlah
yang begitu banyak. Namun demikianlah sebagian orang gemar berutang,
bahkan memiliki kartu kredit yang begitu banyak yang berisi utang
ratusan juta rupiah.
Yang Namanya Utang Tidak Mengenakkan
Kami selalu ingatkan bahwa utang itu tidak mengenakkan hidup. Hidup
jadi tidak tenang. Apalagi jika utang sudah menumpuk dan terus dikejar
debt collector. Pasti tidur dan istirahat jadi tidak mengenakkan dan
tidak tenang. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ
“Jiwa seorang mukmin masih bergantung dengan utangnya hingga dia melunasinya.” (HR. Tirmidzi no. 1078 dan Ibnu Majah no. 2413. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Asy Syaukani berkata, “Hadits ini adalah dorongan agar ahli waris
segera melunasi utang si mayit. Hadits ini sebagai berita bagi mereka
bahwa status orang yang berutang masih menggantung disebabkan oleh
utangnya sampai utang tersebut lunas. Ancaman dalam hadits ini ditujukan
bagi orang yang memiliki harta untuk melunasi utangnya lantas ia tidak
lunasi. Sedangkan orang yang tidak memiliki harta dan sudah bertekad
ingin melunasi utangnya, maka ia akan mendapat pertolongan Allah untuk
memutihkan utangnya tadi sebagaimana hal ini diterangkan dalam beberapa
hadits.” (Nailul Author, 6: 114).
Bentuk jelek lainnya yang timbul dari banyak berutang, yang namanya
utang mengajarkan orang untuk mudah berbohong. Dari ‘Urwah, dari ‘Aisyah
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَانَ
يَدْعُو فِى الصَّلاَةِ وَيَقُولُ « اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ
الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ » . فَقَالَ لَهُ قَائِلٌ مَا أَكْثَرَ مَا
تَسْتَعِيذُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مِنَ الْمَغْرَمِ قَالَ « إِنَّ الرَّجُلَ
إِذَا غَرِمَ حَدَّثَ فَكَذَبَ وَوَعَدَ فَأَخْلَفَ .
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berdo’a di dalam
shalat: Allahumma inni a’udzu bika minal ma’tsami wal maghrom (Ya Allah,
aku berlindung kepadamu dari berbuat dosa dan banyak utang).” Lalu ada
yang berkata kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kenapa engkau
sering meminta perlindungan dari utang?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam lantas bersabda, “Jika orang yang berutang berkata, dia akan
sering berdusta. Jika dia berjanji, dia akan mengingkari.” (HR. Bukhari no. 2397 dan Muslim no. 589).
Al Muhallab mengatakan, “Dalam hadits di atas terdapat dalil tentang
wajibnya memotong segala perantara yang menuju pada kemungkaran. Yang
menunjukkan hal ini adalah do’a Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika berlindung dari utang dan utang sendiri dapat mengantarkan pada
dusta.” (Syarh Al Bukhari karya Ibnu Baththol, 12: 37).
Realita yang ada itulah sebagai bukti. Orang yang berutang seringkali
berdusta ketika pihak kreditur datang menagih, “Kapan akan kembalikan
utang?” “Besok, bulan depan”, sebagai jawaban. Padahal itu hanyalah
dusta dan ia sendiri enggan melunasinya.
Cara Melunasi Utang Riba
Berikut adalah beberapa kiat yang bisa kami utarakan dan semoga bermanfaat.
1- Taubat dari riba
Agar mudah mendapatkan pertolongan Allah, harus mengakui bahwa
berutang dengan cara riba adalah dosa. Bahkan pelakunya atau nasabah
utang riba terkena laknat. Dari sahabat Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pemakan riba
(rentenir), penyetor riba (nasabah yang meminjam), penulis transaksi
riba (sekretaris) dan dua saksi yang menyaksikan transaksi riba.” Kata
beliau, “Semuanya sama dalam dosa.” (HR. Muslim no. 1598).
Kalau demikian yang pertama dilakukan adalah bertaubat. Taubat yang
sungguh-sungguh adalah bertekad tidak ingin meminjam uang dengan cara
riba lagi. Allah Ta’ala memerintahkan untuk melakukan taubat yang tulus,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” (QS. At Tahrim: 8)
Hudzaifah pernah berkata,
بحسب المرءِ من الكذب أنْ يقول : أستغفر الله ، ثم يعود
“Cukup seseorang dikatakan berdusta ketika ia mengucapkan, “Aku
beristighfar pada Allah (aku memohon ampun pada Allah) lantas ia
mengulangi dosa tersebut lagi.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 411).
Ibnu Rajab Al Hambali berkata, “Terlarang seseorang mengucapkan ‘aku
bertaubat kepada Allah’ lantas ia mengulangi dosa tersebut kembali.
Karena taubat nashuha (taubat yang sejujurnya) berarti seseorang tidak
mengulangi dosa tersebut selamanya. Jika ia mengulanginya, maka
perkataannya tadi ‘aku telah bertaubat’ hanyalah kedustaan.” (Idem).
Namun menurut mayoritas ulama berpendapat bahwa sah-sah saja
seseorang mengatakan aku telah bertaubat, lalu ia bertekad tidak akan
melakukan maksiat itu lagi. Kalau ia mengatakan, “Aku tidak akan
mengulangi dosa tersebut lagi”, maka itulah yang ia tekadkan saat itu.
(Idem)
Yang terpenting adalah tekad tidak akan berutang dengan cara riba lagi.
2- Perbanyak istighfar karena memohon ampun pada Allah itulah yang akan memudahkan rezeki
Terdapat sebuah atsar dari Hasan Al Bashri rahimahullah yang menunjukkan bagaimana faedah istighfar yang luar biasa.
أَنَّ
رَجُلًا شَكَى إِلَيْهِ الْجَدْب فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، وَشَكَى
إِلَيْهِ آخَر الْفَقْر فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، وَشَكَى إِلَيْهِ
آخَر جَفَاف بُسْتَانه فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، وَشَكَى إِلَيْهِ
آخَر عَدَم الْوَلَد فَقَالَ اِسْتَغْفِرْ اللَّه ، ثُمَّ تَلَا عَلَيْهِمْ
هَذِهِ الْآيَة
“Sesungguhnya seseorang pernah mengadukan kepada Al Hasan tentang
musim paceklik yang terjadi. Lalu Al Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah
(mohon ampunlah) kepada Allah”.
Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau tentang kemiskinannya.
Lalu Al Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada
Allah”.
Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau tentang kekeringan
pada lahan (kebunnya). Lalu Al Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah
(mohon ampunlah) kepada Allah”.
Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau karena sampai waktu
itu belum memiliki anak. Lalu Al Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah
(mohon ampunlah) kepada Allah”.
Kemudian setelah itu Al Hasan Al Bashri membacakan surat Nuh,
فَقُلْتُ
اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ
السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ
وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا ) 12(
“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu,
sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan
hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan
mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya)
untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12). (Riwayat ini disebutkan oleh Al Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, 11: 98)
Jadi, istighfar adalah pembuka pintu rezeki dan pembuka jalan agar terlepas dari utang yang memberatkan.
3- Jual aset tanah, rumah atau kendaraan
Sebagian orang sebenarnya punya aset yang berharga dan itu bisa
digunakan untuk melunasi utang riba ratusan juta. Namun karena saking
hasratnya tetap harus memiliki harta jadi utang tersebut terus ditahan.
Padahal jika tanah, rumah atau kendaraan sebagai aset yang ia miiki
dijual, maka akan lunas semua utangnya. Ingatlah, orang yang serius
untuk melunasi utangnya akan ditolong oleh Allah. Sebaliknya yang enggan
lunasi padahal punya aset dan mampu melunasi, tentu akan jauh dari
pertolongan Allah.
Dulu Maimunah ingin berutang. Lalu di antara kerabatnya ada yang
mengatakan, “Jangan kamu lakukan itu!” Sebagian kerabatnya ini
mengingkari perbuatan Maimunah tersebut. Lalu Maimunah mengatakan, “Iya.
Sesungguhnya aku mendengar Nabi dan kholil-ku (kekasihku) shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا
مِنْ مُسْلِمٍ يَدَّانُ دَيْنًا يَعْلَمُ اللَّهُ مِنْهُ أَنَّهُ يُرِيدُ
أَدَاءَهُ إِلاَّ أَدَّاهُ اللَّهُ عَنْهُ فِى الدُّنْيَا
“Jika seorang muslim memiliki utang dan Allah mengetahui bahwa
dia berniat ingin melunasi utang tersebut, maka Allah akan memudahkannya
untuk melunasi utang tersebut di dunia”. (HR. Ibnu Majah no. 2399
dan An Nasai no. 4686. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
shahih kecuali lafazh “fid dunya” -di dunia-)
Juga terdapat hadits dari ‘Abdullah bin Ja’far, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الدَّائِنِ حَتَّى يَقْضِىَ دَيْنَهُ مَا لَمْ يَكُنْ فِيمَا يَكْرَهُ اللَّهُ
“Allah akan bersama (memberi pertolongan pada) orang yang
berutang (yang ingin melunasi utangnya) sampai dia melunasi utang
tersebut selama utang tersebut bukanlah sesuatu yang dilarang oleh Allah.” (HR. Ibnu Majah no. 2400. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Jadi, orang yang serius melunasi utangnya akan ditolong oleh Allah.
4- Lebih giat lagi untuk bekerja
Dengan makin kiat bekerja dan terus memperhatikan nafkah keluarga,
maka Allah akan memberikan ganti dan memberikan jalan keluar. Dari Abu
Hurairah, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا
مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ
فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا ، وَيَقُولُ
الآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا
“Ketika hamba berada di setiap pagi, ada dua malaikat yang turun
dan berdoa, “Ya Allah berikanlah ganti pada yang gemar berinfak (rajin
memberi nafkah pada keluarga).” Malaikat yang lain berdoa, “Ya Allah, berikanlah kebangkrutan bagi yang enggan bersedekah (memberi nafkah).” (HR. Bukhari no. 1442 dan Muslim no. 1010)
5- Bersikap lebih amanat
Semakin kita amanat, maka semakin orang akan menaruh kepercayaan
kepada kita. Semakin tidak amanat, maka kita sendiri yang akan
mendapatkan kesusahan. Itu realita yang terjadi di tengah-tengah kita.
Kalau dalam masalah utang, kita bersikap amanat dalam mengembalikannya,
maka tentu orang akan terus menaruh rasa percaya dan bisa saja tidak
dikenakan riba saat peminjaman.
Sifat amanah dalam berutang sudah barang tentu wajib dimiliki. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَدِّ الأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْتَمَنَكَ
”Tunaikanlah amanat kepada orang yang menitipkan amanat padamu.” (HR. Abu Daud no. 3535 dan At Tirmidzi no. 1624, hasan shahih)
6- Bersikap hidup lebih sederhana dan qana’ah
Dengan bersikap hidup sederhana kala terlilit utang, maka akan
mengurangi pengeluaran dan akhirnya lebih diprioritaskan pada pelunasan
utang. Sifat qana’ah yaitu merasa cukup dan bnar-benar bersyukur dengan
rezeki yang Allah beri sunggu akan mendatangkan kebaikan. dari ’Abdullah
bin ’Amr bin Al ’Ash, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ هُدِىَ إِلَى الإِسْلاَمِ وَرُزِقَ الْكَفَافَ وَقَنِعَ بِهِ
“Sungguh beruntung orang yang diberi petunjuk dalam Islam, diberi
rizki yang cukup, dan qana’ah (merasa cukup) dengan rizki tersebut.” (HR. Ibnu Majah no. 4138, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
7- Perbanyak doa yang dicontohkan Rasul
Ada dua doa yang bisa membantu agar terlepas dari sulitnya utang.
a- Doa agar tidak terlilit utang
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ
Allahumma inni a’udzu bika minal ma’tsami wal maghrom [Artinya: Ya
Allah, aku berlindung kepadamu dari berbuat dosa dan sulitnya utang]
(HR. HR. Bukhari no. 2397 dan Muslim no. 589).
b- Doa agar lepas dari utang sepenuh gunung
Dari ‘Ali, ada seorang budak mukatab (yang berjanji pada tuannya
ingin memerdekakan diri dengan dengan syarat melunasi pembayaran
tertentu) yang mendatanginya, ia berkata, “Aku tidak mampu melunasi
untuk memerdekakan diriku.” Ali pun berkata, “Maukah kuberitahukan
padamu beberapa kalimat yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah mengajarkannya padaku yaitu seandainya engkau memiliki utang
sepenuh gunung, maka Allah akan memudahkanmu untuk melunasinya.
Ucapkanlah doa,
اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
“Allahumak-finii bi halaalika ‘an haroomik, wa agh-niniy bi fadhlika
‘amman siwaak” [Artinya: Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan
jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu
dari bergantung pada selain-Mu] (HR. Tirmidzi no. 3563, hasan menurut At
Tirmidzi, begitu pula hasan kata Syaikh Al Albani)
8- Meminjam uang pada orang lain untuk melunasi utang riba
Dalam Liqa’ Al Bab Al Maftuh (194: 12), Syaikh Muhammad bin
Shalih Al Utsaimin berkata, “Setiap orang wajib berlepas diri dari riba
tersebut sesuai dengan kemampuannya karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah melaknat pemakan riba (rentenir) dan orang yang menyerahkan riba
(nasabah). Boleh jadi dia meminta pinjaman utang dari saudara atau
kerabatnya untuk melunasi utang bank tersebut agar gugur darinya riba.
Yang terpenting adalah dia harus tetap merencanakan hal ini. Jika tidak
mungkin, maka dia berusaha meminta pada bank agar jangan ada lagi
tambahan riba. Akan tetapi setahu kami, bank tidak mungkin menyetujui
hal ini.”
Tentu saja pinjaman tersebut bisa diperoleh jika kita punya sifat amanat dan bisa mendapatkan kepercayaan dari orang lain.
Hanya Allah yang memberi taufik.
SUMBER:
0 Response to "Doa Terbebas Dari Utang Riba"
Post a Comment